Krisis Pelayanan Kesehatan di Korea
Terjadi krisis pelayanan kesehatan di Korea saat dokter senior mulai mengambil tindakan ikut mogok kerja. Hal ini sebagai bentuk dukungan pada junior mereka yang melakukan tindakan yang sama.
Namun, ternyata tidak berdampak secara signifikan untuk Pelayanan Kesehatan di Korea, karena kejadian ini tidak akan mempengaruhi pasien sakit kritis dan ruang gawat darurat.
Akhir Februari, mahasiswa kedokteran yang berjumlah 12.000 orang memutuskan meninggalkan tempat magang mereka. Tindakan ini dipicu sebagai aksi protes terhadap rencana pemerintah yang akan menambah jumlah mahasiswa kedokteran.
Banyaknya jumlah mahasiswa kedokteran dengan tidak dibarengi adanya penambahan jumlah fasilitas kesehatan atau rumah sakit maka dunia kedokteran di Korea akan semakin kompetitif.
Tindakan dokter magang ini ternyata telah membebani pihak rumah sakit karena mereka bergantung pada kinerja dokter muda. Dokter senior di tiga rumah sakit besar yang berhubungan dengan Universitas Korea akan mulai mengurangi perawatan pasien yang tidak kritis pada Jumat (12/06).
Rumah sakit Anam, Guro, dan Ansan meyakinkan sekali lagi kondisi pasien kritis tidak akan terpengaruh dengan mogok kerja dokter.
Dilansir dari Yonhap dan The Korea Times ada sekitar 80 persen profesor memilih cuti secara sukarela sebagi bentuk dukungan aksi mogok kerja.
Pemerintah Korea sendiri sudah melakukan langkah membujuk dokter magang untuk kembali bekerja dengan mencabut tindakan hukum terhadap aksi protes mogok kerja.
Menurut data Kementerian Kesehatan Korea hanya delapan persen dokter muda di 211 rumah sakit pelatihan yang tetap bekerja hingga rabu (10/06).
Tingkat pesaingan di Korea memang terkenal sangat kompetitif tidak hanya di dunia Idol namun juga dunia kedokteran. Sebuah profesi yang cukup prestige di kalangan anak muda Korea sebagai seorang dokter namun juga dibutuhkan kemampuan cerdas untuk meraih profesi ini.