Baru-baru ini, sebuah video viral mengklaim para idol K-Pop, bahkan yang paling populer, bisa dibeli untuk layanan seksual. Individu dalam video tersebut tidak punya bukti kuat tentang kasus spesifik terkait pembayaran seksual idol.
Klaim itu tampaknya ditujukan pada idol dan selebriti wanita. Namun, berdasarkan pengalaman para mantan idol, ada kebenaran dan ketidakakuratan dalam pernyataan tersebut.
Daripada kejadian satu kali, kebanyakan idol yang berbagi pengalaman berbicara soal berurusan dengan sponsor atau dukungan finansial/materialistik sebagai imbalan atas bantuan seksual. Anggota Dal Shabet, Serri, pernah menceritakan pengalamannya didekati dengan tawaran semacam ini.
Agensinya tidak menindaklanjuti, jadi dia didekati langsung via Instagram DM. Menolak tawaran seperti ini pun bisa membawa dampak negatif.
Fenomena didekati dan ditawari sponsor ini bukan hanya dialami wanita atau idol saja. Beberapa mantan trainee pria juga mengungkap pengalaman mereka didekati sponsor wanita.
Salah satunya bercerita awalnya diatur oleh agensi. Sponsor wanita itu awalnya memberi “uang saku” kecil dan hadiah, sebelum menawarkan jumlah besar yang tanpa disadari disertai syarat.
Setelah 4 bulan, dia mengirim pesan ‘I’m lonely these days. Can you come over?’. Trainee itu menjawab ‘But you have a husband’, namun dia membalas bahwa suaminya sedang dalam perjalanan kerja dan tidak pulang hari itu.
Mereka biasanya menginginkan keintiman fisik atau meminta kami menginap. Dalam banyak negara, terutama Barat, pekerja seks bisa menjadi pilihan karier individu.
Namun, dalam kasus ini, idol dan trainee sering kali dipaksa masuk ke “hubungan” ini karena kebutuhan finansial dan lilitan utang. Orang di sekitar mereka akan berkata, ‘Just accept it, they’re sponsoring you so just take it’.
Pada akhirnya, trainee itu sadar dia menerima hingga â‚©2.00 juta KRW (sekitar $1,450 USD) sampai â‚©3.00 juta KRW (sekitar $2,180 USD). Dia harus bekerja tapi tidak punya uang.
Tidak ada posisi yang tersedia, tapi dia punya banyak utang dari sponsor yang harus dibayar kembali. Jadi, meskipun diskusi viral saat ini hanya didasarkan pada desas-desus, ada dasar kebenarannya yang dialami oleh beberapa orang di industri ini.