Bukan rahasia lagi kalau penempatan produk (product placement) adalah hal lumrah di K-drama. Meski produser berusaha menyajikannya sehalus mungkin, sebagian besar penonton langsung menyadarinya.
Salah satu contoh yang paling mudah dikenali adalah merek permen Kopiko. Permen ini sudah muncul di berbagai drama selama bertahun-tahun. Pada titik ini, hal itu telah menjadi semacam lelucon di kalangan fandom. Jika K-drama menampilkan Kopiko, konon drama itu ditakdirkan menjadi hit. Dan jujur saja, ada benarnya. Serial besar seperti ‘Hometown Cha Cha Cha,’ ‘Vincenzo,’ dan ‘My Mister’ semuanya menampilkan permen ini.
Jadi, apakah penempatan produk benar-benar efektif? Dalam banyak kasus, ya. Integrasi merek yang cerdas ke dalam alur cerita dapat memicu rasa ingin tahu dan meningkatkan penjualan. Salah satu contoh terbaik adalah multi-balm oleh Kahi, yang terlihat di ‘Business Proposal.’ Setelah drama tayang, balm ini menjadi item yang wajib punya. Manfaatnya, seperti melembapkan dan mengurangi kerutan, membuatnya menarik, tetapi paparan di layar yang memastikan penjualannya. Tiba-tiba, penonton ingin mencoba produk yang sama yang dipakai santai oleh karakter favorit mereka sebelum pertemuan penting atau kencan romantis.
Namun, seiring semakin banyak drama mengadopsi strategi ini, penempatannya menjadi semakin jelas. Adegan yang dulunya mengalir alami kini terganggu oleh karakter yang anehnya terpaku pada label minuman atau menyampaikan monolog yang tidak pada tempatnya tentang rutinitas perawatan kulit. Cameo Subway yang kini terkenal adalah contoh utama lainnya. Dari ‘Descendants of the Sun’ hingga ‘Crash Landing on You,’ Subway muncul di begitu banyak drama sehingga praktis menjadi “pemain” reguler K-drama saat ini.
Tren ini telah memicu reaksi beragam. Beberapa penonton mengatakan penempatan produk merusak imersi dan menciptakan jeda yang canggung dalam skrip. Yang lain tidak keberatan dan bahkan menikmati momen menemukan merek favorit mereka. Ada garis tipis antara pemasaran cerdas dan iklan yang mengganggu.
Pada akhirnya, kemitraan merek ini membantu mendanai produksi. Tapi mungkin kuncinya adalah kehalusan. Jika penempatan menyatu alami ke dalam narasi, penonton lebih mungkin mengingat produk secara positif dan ingin mencobanya. Jika terasa terlalu dipaksakan, itu bisa membuat orang keluar dari cerita. Mencapai keseimbangan yang tepat bisa menjadi rahasia untuk membuat penempatan produk profitabel sekaligus nyaman ditonton.